Rabu, 18 Desember 2013

ESSAY


A. TEMA                 :   PENGARUH SEKOLAH TERHADAP PERILAKU DAN KEPRIBADIAN SEMUA PIHAK SEKOLAH
B. SUB TEMA        :    PENGARUH KEPRIBADIAN GURU TERHADAP KELAKUAN PESERTA DIDIK
C. JUDUL               :    GURU, SOSOK FIGUR BAGI PARA SISWANYA
D. ISI ESSAY
Guru adalah figur seorang pemimpin dan sebagai sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Selain itu, guru adalah pendidik dan pengajar jalur sekolah atau formal  pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, dengan tugas utamanya mendidik, membimbing, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik.  Dalam situasi kelas, guru menghadapi sejumlah murid yang harus dipandangnya sebagai anaknya. Sebaliknya murid-murid akan memperlakukannya sebagai bapak guru dan ibu guru. Berkat kedudukannya, maka guru di dewasakan atau di tuakan, sekalipun menurut usia yang sebenarnya belum pantas menjadi orang tua. Dalam menjalankan peranannya sebagai guru, ia lambat laun membentuk kepribadiannya.  
Kepribadian merupakan sifat dari individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain. Kepribadian ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia. Guru bukan hanya sebagai pendidik melainkan juga merupakan pembimbing. Guru dalam mendidik dan membimbing para siswanya tidak hanya dengan bahan yang disampaikan atau dengan metode-metode penyampaian yang digunakannya, tetapi dengan kepribadiannya. Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik. Guru yang dapat memahami tentang kesulitan anak didik dalam hal belajar dan kesulitan lainnya diluar masalah belajar, maka guru tersebut akan disenangi oleh anak didiknya. Guru merupakan sosok figur bagi anak didik, oleh karena itu segala tindakannya akan diserap oleh anak didik. Guru masuk dalam kelas membawa seluruh unsur kepribadian, agama, akhlak, pemikiran, sikap dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Penampilan guru, cara berpakaian, cara berbicara, cara memperlakukan anak, bahkan emosi dan keadaan kejiwaan terbawa tanpa disengaja ketika ia berhadapan dengan anak didiknya. Keburukan prilaku anak didik cenderung diarahkan pada kegagalan seorang guru dalam membimbing dan membina anak didiknya.
Dalam situasi formal, seorang guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai seorang yang mempunyai kewibawaan dan otoritas tinggi, guru harus bisa menguasai kelas dan bisa mengontrol anak didiknya. Hal ini sangat perlu guna menunjang keberhasilan dari tugas-tugas guru yang bersangkutan yakni mengajar dan mendidik murid-muridnya. Dalam pendidikan, kewibawaan merupakan syarat mutlak mendidik dan membimbing anak dalam perkembangannya ke arah tujuan pendidikan. Bimbingan atau pendidikan hanya mungkin bila ada kepatuhan dari pihak anak dan kepatuhan diperoleh bila pendidik mempunyai kewibawaan. Kewibawaan dan kepatuhan merupakan dua hal yang komplementer untuk menjamin adanya disiplin. Hal-hal yang bersifat pemaksaan pun kadang perlu digunakan demi tujuan di atas. Misalkan pada saat guru menyampaikan materi belajar, pada saat bersamaan ada seorang murid ramai sendiri sehingga menganggu suasana belajar mengajar di kelas, maka guru yang bersangkutan memaksa anak tersebut untuk diam sejenak sampai pelajaran selesai dengan cara-cara tertentu. Tentunya hal di atas juga harus disertai dengan adanya keteladanan yang tinggi pada seorang guru. Dalam banyak hal, anak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa dan selain orang tua si anak, guru di sekolah merupakan orang dewasa terdekat kedua bagi mereka. Bahkan di zaman sekarang ini banyak terjadi kasus anak lebih mempunyai kepercayaan terhadap guru dibanding pada orang tua mereka sendiri. Maka dari itulah seorang guru harus bisa menunjukkan sikap dan keteladanan yang baik dihadapan murid-muridnya. Istilah mengatakan “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, murid biasanya bulat-bulat mencontoh gurunya, maka guru sebaiknya jangan memberikan contoh yang buruk kepada anak didknya.
Guru merupakan  sosok figur bagi anak didiknya, dan menjadi contoh dalam berprilaku maupun bertindak. Sebagai teladan, guru haruslah memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil atau idola seluruh kehidupan anak didiknya.  Di sekolah, figur guru merupakan pribadi kunci. Gurulah panutan utama bagi siswa. Semua sikap dan prilaku guru akan dilihat, didengar, dan ditiru oleh siswa. Sebagai pribadi yang selalu dipercaya dan ditiru, tidaklah berlebihan bila siswa selalu mengharapkan figur guru yang senantiasa memperhatikan kepentingan mereka. Figur guru yang selalu memperhatikan kepentingan siswa biasanya mendapatkan ekstra perhatian dari siswa, siswa yang senang dengan sikap dan perilaku yang baik, yang diperlihatkan oleh guru dalam pembelajaran.
Diakui memang ada guru yang tidak disukai oleh siswa di sekolah. Guru yang tidak disenangi oleh siswa itu disebabkan budi pekerti guru dalam pandangan siswa tidak baik, atau karena guru dalam pembelajaran di kelas sangat membosankan siswa sehingga tidak ada daya tarik baginya. Siswa acuh tak acuh terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru tersebut. Dari waktu ke waktu guru juga tidak terlepas dari pengamatan siswa. Paling sedikit setahun, guru dan siswa hidup bersama-sama dan dalam rentangan waktu bukan tak mungkin semua sikap dan perilaku guru terlepas dari pengamatan siswa. Setiap siswa mempunyai pandangan tersendiri terhadap guru-guru yang akan mengajar dan mendidiknya. Seseorang yang berstatus guru juga tidak selamanya dapat menjaga wibawa dan citra sebagai guru dimata anak didik dan masyarakat. Ternyata masih ada sebagian guru yang mencemarkan wibawa dan citra guru. Di media massa (cetak maupun elektronik) sering diberitakan tentang oknum-oknum guru yang melakukan suatu tindakan asusila, asosial, dan amoral. Perbuatan itu tidak sepatutnya dilakukan oleh guru. Lebih fatal lagi bila perbuatan yang tergolong tindakan kriminal itu dilakukan terhadap terhadap anak didik sendiri. Kepribadian guru itulah yang turut menentukan apakah pembelajaran di kelas merupakan suatu penderitaan atau kebahagiaan bagi siswa. Biasanya apabila siswa sudah senang kepada guru yang bersangkutan, maka dengan sendirinya siswa tersebut akan senang terhadap pelejaran yang disampaikan oleh guru tersebut. Sebaliknya, bila siswa sudah tidak senang kepada guru yang bersangkutan, maka dengan sendirinya siswa tidak senang terhadap pelajaran yang diberikan guru tersebut. Jadi, kehadiran guru yang baik dalam mendidik dan mengajar merupakan kebutuhan bagi setiap anak didiknya. Sudah seharusnya guru-guru mengoreksi diri untuk menjadi guru yang menyenangkan bagi setiap siswa yang belajar dengannya. Karena guru merupakan sosok figur dan panutan anak didik dalam bersikap dan bertingkah laku. Maka jadilah figure yang baik bagi anak didiknya, dengan berkepribadian dan memiliki keteladanan yang tinggi, yang nantinya akan dicontoh sehingga siswa tersebut akan memiliki kepribadian dan tingkah laku yang baik dalam bergaul di sekolah maupun di masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar